Perdebatan soal kualitas pendidikan kembali mengemuka seiring rendahnya kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia. Banyak pihak menganggap perubahan kurikulum sebagai solusi. Namun, sejumlah pakar menilai persoalan terletak bukan pada kurikulum, melainkan kualitas dan distribusi guru.
Di lapangan, ketimpangan sarana sekolah dan ketidaksiapan tenaga pendidik untuk mengadopsi pembelajaran digital masih menjadi hambatan serius. Program peningkatan kompetensi dinilai belum menyentuh substansi, yakni pembinaan berkelanjutan. Jika negara tidak memperbaiki sistem rekrutmen dan evaluasi guru, reformasi kurikulum secanggih apa pun hanya akan menjadi dekorasi kebijakan.